Pesawat N250 adalah salah satu pesawat dari PT. Dirgantar Indonesia (dulu dikenal dengan nama IPTN). Huruf N pada N250 diambil dari kata "Nusantara" atau merujuk pada kata "Nurtanio" yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia.
Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya. Namun pada tahun 1970, produksi pesawat ini dihentikan akibat krisis keuangan/ekonomi. Namun pada tahun 2012 kemarin pada pidato B.J. Habibie, rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.
Pesawat ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang. Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya jelajah 1480 km.
Karakteristik :
- Rentang Sayap : 28 meter
- Panjang badan pesawat : 26,30 meter
- Tinggi : 8,37 meter
- Berat kosong : 13.665 kg
- Berat maksimum saat take-off (lepas landas) : 22.000 kg